Home » » TNI bubarkan Ibadah Mingguan dan menyiksa umat Kristen di Puncak Jaya

TNI bubarkan Ibadah Mingguan dan menyiksa umat Kristen di Puncak Jaya

Written By Unknown on Senin, 24 Maret 2014 | 07.45





ENS - Puncak Jaya, “Insiden penembakan yang terjadi di Kabupaten Puncak Jaya, Minggu (26/1) hanya merupakan insiden kecil. Penembakan di Kabupaten Puncak kemarin itu kan tidak terlalu signifikan, makanya saya tidak terlalu persoalkan karena saya menyampaikan kepada Komandan Korem agar tidak melaporkan setiap kejadian yang tidak terlalu signifikan,” demikian penjelasan Pangdam pada Harian Bintang Papua, (28/01/14).

Relawan  Elsham di Puncak Jaya melaporkan bahwa, kurang lebih seminggu sebelum kejadian, beredar informasi di kalangan masyarakat Puncak Jaya bahwa ada senapan 8 pucuk yang hilang dari Pos Polisi di kampung Yambi, “Ada informasi senapan hilang, ada informasi lain bahwa ada OPM yang serang pos polisi dan rampas senjata” kata Relawan  Elsham via telepon.
Jumat (24/1), pukul 10:11 WIT, anggota TNI melihat Yendenak Telenggen (32) berjalan ditengah kampung Yambi sambil membawa senjata laras panjang, korban lalu ditembak dan tewas seketika. Tindakan ini membuat masyarakat di kampung Yambi marah dan melakukan aksi balasan terhadap pihak TNI.
Sabtu (25/1), jenazah Yendenak Telenggen dibawa ke rumah duka, selanjutnya dikremasi sesuai tata cara pemakaman masyarakat setempat. Korban memiliki 2 orang istri yaitu, Tekena Murib (28) dan Tulina Walia (23), serta memiliki 4 (empat) anak laki-laki dan 2 (dua) anak perempuan.
Minggu (26/1) jemaat di kampung Dondobaga ketika sedang beribadah di Gereja, dikejutkan dengan masukanya anggota TNI ke dalam gereja dan menyuruh semua orang yang sedang beribadah untuk keluar duduk di halaman gereja. Anggota TNI lalu menginterogasi warga dan menyiksa mereka. “Kami dapat pukul, disuruh merayap dengan dada, setelah itu kami dipaksa untuk mengaku siapa di antara kami yang menjadi anggota OPM dan yang pencuri senapan”, kata DT (26) menjelaskan peristiwa yang terjadi saat itu.
Lebih lanjut DT (26) tahun mejelaskan bahwa anggota TNI juga menuduh kami menyimpan senjata dalam gereja “Mana senapan yang kalian simpan dalam gereja” kata salah satu anggota TNI tersebut.
Semua yang berada dalam gereja, perempuan, laki-laki sampai anak-anak di bawah umur semua dapat pukul dan disuruh keluar dari dalam gereja dan di paksa merayap di halaman gereja, ada dua orang yang ditangkap saat beribadah, yaitu Tenius Telenggen (28) dan Tigabur Enumbi (35),” lapor DT (26) kepada  Elsham Papua via telepon.
Relawan  Elsham di Puncak Jaya, melaporkan bahwa kedua warga jemaat yang ditangkap lalu ditahan di Polres Puncak Jaya, dan selanjutnya dibawa dengan pesawat ke Jayapura untuk menjalani pemeriksaan di Mapolda Papua.
Sampai dengan laporan ini dibuat, sekitar 5000-an warga yang mengungsi akibat takut dengan operasi yang dilakukan TNI, ditampung di Aula GIDI dan Asrama Alkitab di Puncak Jaya. Para pengungsi berasal dari kampung-kampung seperti Kulirik, Muara, Doligabak, Talileme, Karubate, Yalingga dan Yambi. Sementara akses transportasi darat dari Wamena ke Mulia telah ditutup, demikian pula akses penerbangan ke Kota Mulia untuk sementara ini dihentikan dengan alasan keamanan. Akibat penutipan akses ke Kota Mulia menyebabkan stok bahan pokok menipis, harga satu karung beras 15 kilo mencapai harga satu juta rupiah.@Elsham News Service

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. KOTEKA NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger