Home » » Tolak Prabowo, GEN 98 Reformasi dibayar dengan Darah dan Nyawa

Tolak Prabowo, GEN 98 Reformasi dibayar dengan Darah dan Nyawa

Written By Unknown on Kamis, 22 Mei 2014 | 07.05


 Tolak Prabowo, GEN 98  Reformasi dibayar dengan Darah dan Nyawa
Prabowo Subianto. (Foto: istimewa)

Kamis, 22 Mei 2014 - 15:05

Jakarta, Seruu.com - Generasi Aktivis 1998 (GEN 98) menilai dukungan Alumni Mahasiswa Universitas Trisakti terhadap capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai bermuatan politik karena telah mencederai semangat perlawanan aktivis 98 terhadap kekuasaan yang otoriter dan militeristik.

Salah satu alumni Trisakti Ismed Matahari yang juga merupakan pelaku sejarah saat tragedi 16 tahun lalu itu sangat menyayangkan pihak-pihak tertentu di alamaternya yang memanfaatkan momentum pemilu sebagai batu loncatan untuk mencari kedudukan.

"Kami, yang terlibat langsung dalam gerakan mahasiswa di kampus Universitas Trisakti pada tahun 1998, menegaskan kembali bahwa reformasi dibayar dengan darah dan nyawa sehingga dukungan kepada Prabowo Subianto sama dengan penodaan dan pengkhianatan terhadap gerakan mahasiswa," tegas Ismed kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/5/2014).

Dilanjutkan dia, kasus penghilangan paksa nyawa manusia merupakan persoalan serius dan bukan kepentingan golongan tertentu dalam menjegal lawan politiknya. "Bahwa pelanggaran HAM bukan kasus politis tapi bener-benar kasus hukum yang butuh dipertanggung jawabkan apalagi dari penculikan aktivis, penembakan mahasiswa Trisakti dan kerusuhan Mei koq kaya gerakan sistematis untuk hal itu," tandasnya.

Tragedi kemanusiaan yang terjadi pada kurun 1998-1999 rupanya masih menyisakan misteri tentang siapa dalang di balik kerusuhan tersebut. Bahkan, peristiwa 12 Mei 1998 yang menjadi saksi bisu dalam sejarah hitam perjalanan negara Indonesia dari kebiadaban penguasa orde baru terhadap anak bangsa, dimana aksi damai mahasiswa Universitas Trisakti berhadapan dengan aksi brutal aparat keamanan yang represif dan arogan.

"Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto telah berkuasa selama 32 tahun, dalam kepemimpinannya benih-benih kolusi, korupsi, nepotisme ditanamkan, gaya militeristik sangat kental, bahkan alat negara seringkali disalah gunakan hanya untuk melanggengkan kepentingan keluarga serta kroni Soeharto," tambah Taufan Hünneman selaku juru bicara GEN 98.

Menurut Taufan, dengan insiden penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 21 Mei silam, menjadikan momentum perlawanan rakyat di dalam menumbangkan rezim Orde Baru. Namun, mundurnya Soeharto sebagai Presiden RI rupanya tidak mampu menyeretnya ke meja hijau terkait kasus-kasus kejahatan yang melibatkan keluarga, kroni ataupun konco Orde Baru sampai hari ini tidak pernah dibongkar, termasuk kejahatan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM).

"Peringatan Tragedi Trisakti selalu diperingati dari tahun ke tahun, dalang utama penembakan tidak bisa dijerat bahkan lembaga negara DPR RI dan Presiden tidak mampu menyeret tokoh intelektual di balik segala rentetan kejahatan kemanusian di negeri ini," tutup Taufan. [Simon]
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. KOTEKA NEWS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger