Jayapura, 18/7 (Jubi) – Di Kabupaten Intan Jaya, sejak berlangsungnya Pemilihan Umum Legislatif hingga Pemilihan Presiden RI, aktivitas pemerintahan nyaris tak ada. Pejabatnya lebih sering berada di Nabire, Timika, Jayapura, bahkan di Jakarta.
Pius Bagau, salah satu mahasiswa pascasarjana di Universitas Negeri Papua, Manokwari, mengatakan selama ini para pejabat di Kabupaten Intan Jaya tidak mendengar jerit tangis masyarakat. Pius menilai ukuran keberhasilan bupati adalah kemajuaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adat.
“Jadi, untuk para pejabat, tolong perhatikan pembangunan daerah. Jangan terlalu sering jalan dan berfoya-foya,” ujar Pius kepada wartawan melalui seluler, Kamis (17/7) sore.
Senada dengan itu, Korintus Wandagau, salah satu mahasiswa asal Intan Jaya di Jayapura, mengaku mendengar keluhan yang sama dari sanak keluarganya di Intan Jaya terkait perilaku pejabat ini. Walaupun tahapan pemilu sudah selesai, tetapi aktivitas pemerintahan masih belum kelihatan. Menurutnya, para pejabat menjadikan kabupaten ini hanya sebagai tempat persinggahan saja.
“Mereka jalan berfoya-foya dengan uang rakyat ke Nabire, Timika, Jayapura dan juga ke Jakarta. Itu yang kami sesalkan,” kata Korintus kepada tabloidjubi.com melalui seluler.
Menurut Korintus, visi dan misi bupati sudah bagus, tetapi tidak pada praktiknya di lapangan. Korintus berharap, para pejabat tidak menjadikan Intan Jaya sebagai tempat mencari uang saja, tetapi semestinya juga dapat melayani masyarakat dengan sepenuh hati sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
“Bupati Intan Jaya harus segera mengeluarkan perintah kepada seluruh Satuan Kerja Perangka Daerah (SKPD) untuk segera kembali kembali dan menetap di Intan Jaya,” kata dia. (Jubi/Aprila)
0 komentar:
Posting Komentar